Pagi Ini Rupiah Dekati Rp 15.300/US$
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,23% ke Rp 15.255/US$. Setelahnya pelemahan sempat terpangkas hingga tersisa 0,03% saja, tetapi rupiah berbalik makin lemah, menyentuh Rp 15.260/US$ pada pukul 9:12 WIB.
Inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) kembali naik pada Januari. Inflasi ini merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.
Inflasi PCE dilaporkan naik menjadi 5,4% (year-on-year/yoy) dari sebelumnya 5,3%, sementara inflasi inti PCE tumbuh 4,7% dari sebelumnya 4,6%.
Kenaikan tersebut dipicu oleh belanja konsumen pada bulan Januari yang melonjak ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Kenaikan belanja konsumen tersebut menjadi dilema, di satu sisi bagus untuk perekonomian, di sisi lain inflasi jadi sulit turun, bahkan malah kembali naik.
Hal ini membuktikan Amerika Serikat memang perlu mengalami resesi, sehingga pasar tenaga kerja melemah daya beli masyarakat menurun sehingga inflasi pada akhirnya melandai.
Departemen Tenaga Kerja AS pada awal bulan ini melaporkan sepanjang Januari perekonomian Paman Sam mampu menyerap 517.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll), jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 260.000 orang.
Tingkat pengangguran pun turun menjadi 3,4% dari sebelumnya 3,5%. Persentase penduduk yang tidak bekerja tersebut berada di posisi terendah sejak Mei 1969.
Kemudian, rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4%year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Dengan inflasi PCE yang kembali menanjak, pelaku pasar melihat bank sentral AS (The Fed) bisa lebih agresif lagi dalam menaikkan suku bunga. Alhasil dolar AS perkasa dan rupiah merana. (AB001)
Sumber : CNBC INDONESIA RESEARCH
Baca artikel menarik lainnya dari AMBONBISNIS.COM di GOOGLE NEWS