Alasan Kenapa Pembalut di RI Sering Disebut Softex
Ambon Bisnis, JAKARTA - Di Indonesia nama produk sering menjadi kata ganti terhadap suatu benda. Apapun merek air mineral, kita sering menyebut Aqua. Ketika berdarah dan luka, kita menyebut obat luka itu sebagai Betadine. Padahal itu semua adalah nama merek dari suatu benda.
Termasuk juga saat menyebut pembalut wanita sebagai Softex. Khusus ini kira-kira kenapa ya orang Indonesia menjadikan Softex sebagai kata ganti pembalut atas merek-merek lain? Apakah ini strategi penjualan? Begini ceritanya.
Hitung mundur ke tahun 1970-an. Ketika itu di Jakarta ada pabrik besar bernama PT Mozambique yang memproduksi kaos singlet.
Pemilik perusahaan itu adalah Go Giok Lian alias Itjih Nursalim. Ibu ini adalah istri dari pengusaha ternama Indonesia dan pemilik pabrik Gajah Tunggal, Sjamsul Nursalim.
Suatu waktu, Itjih beberapa kali memergoki para pegawai perempuan yang diam-diam membawa kain sisa produksi. Itjih tidak marah. Toh, itu hanya kain sisa yang bakal dibuang nantinya.
Namun, dia penasaran buat apa kain sisa itu?
Para pegawai menjelaskan kalau itu buat dijadikan pembalut ketika menstruasi tiba. Sebab, pembalut kemasan yang ada di Indonesia kala itu sangat mahal karena produk impor.
Buruh pabrik tidak mampu membelinya. Dari sini, Itjih langsung punya ide bisnis.
"Gimana kalau kain sisa itu dibuat jadi pembalut aja? Lagian, gak bakal rugi juga karena perusahaan manfaatin barang yang ada," kira-kira begitu pikir Itjih.
Meski begitu, seiring berjalannya waktu, Itjih tak menggunakan kain dalam produknya. Dia menggunakan bahan sintesis yang bisa menyerap banyak cairan dan tahan lama.
Dari sinilah, tulis Robert Hornaday dalam Cases in Strategic Management (1994), berdiri perusahaan pembalut pertama buatan Indonesia pada 1976 dengan merek Softex yang berada di bawah PT Mozambique. Soal nama Softex tak diketahui mengapa Itjih memilih nama itu.
Yang pasti setelahnya animo masyarakat terhadap produk ini sangat tinggi. Tak seperti pembalut impor, Softex dijual dengan harga murah. Alhasil, pembalut ini sangat laris di pasaran.
Dalam penelusuran tim riset CNBC Indonesia, kurun 1980-an adalah masa-masa kejayaan Softex. Softex pun sudah menjadi perusahaan sendiri bernama PT Softex Indonesia yang berdiri pada 1981. Tak hanya itu, produk Softex sukses menguasai 65% pasar pembalut di Indonesia meski masih banyak produk lain yang sudah eksis.
Akibat sukses terjual dalam skala besar, merek Softex sudah tertanam di benak masyarakat. Tiap kali menyebut pembalut, orang pasti menyebutnya Softex.
Barulah pada tahun 1990-an, mulai banyak kompetitor lain yang menyaingi pembalut buatan Itjih itu. Sebut saja seperti Laurier (PT KAO Indonesia), Charm (PT Uni-Charm Indonesia), Kotex, Four Roses, Sister, dan sebagainya.
Meski begitu, tetap saja Softex menjadi raja pembalut di Indonesia. Ketika zaman berganti, Softex pun terus berinovasi. Perusahaan menciptakan berbagai model varian dan meluncurkan produk di luar pembalut, seperti popok bayi dan popok dewasa.
Kini, PT Softex Indonesia sudah diakuisisi oleh produsen popok bayi asal AS, Kimberly-Clark Corp dengan dana Rp 17,64 triliun. Perusahaan pun sekarang juga dikenal sebagai Kimberly-Clark Softex yang juga menjual produk-produk Kimberly-Clark. (CNBC Indonesia)
Baca artikel menarik lainnya dari AMBONBISNIS.COM di GOOGLE NEWS