Ancaman Global: Lonjakan Kasus Kanker Penis Meningkat Tajam hingga 77% pada 2050
AmbonBisnis.com, - Beberapa negara menghadapi lonjakan kasus kanker penis yang mendadak belakangan ini, dengan perkiraan angka tersebut bisa meningkat hingga 77 persen pada tahun 2050 mendatang, menurut para ahli.
Menurut laporan dari Science Alert, meskipun kasus terbanyak tercatat di negara-negara berkembang, kasus kanker penis juga mulai meningkat di sebagian besar negara Eropa. Hal ini dipicu oleh penuaan populasi serta faktor risiko seperti kulup yang menyempit, kurangnya kebersihan alat kelamin, dan infeksi virus human papillomavirus (HPV).
Kanker penis umumnya terjadi pada pria di atas usia 50 tahun dan sering kali terdiagnosis terlambat. Salah satu alasan utamanya adalah pasien cenderung merasa malu atau bersalah untuk mencari bantuan medis. Banyak pria juga cenderung melakukan pengobatan sendiri dengan krim antimikroba atau steroid, yang memperlambat diagnosis yang tepat.
Dr. Leiwen Fu dan Tian Tian dari Universitas Sun Yat-Sen, China, mengungkapkan bahwa sebanyak 90 persen kasus kanker penis disebabkan oleh sel skuamosa pada kulit penis. HPV, khususnya tipe HPV 16, telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama dalam perkembangan penyakit ini.
Di Brasil, misalnya, sebanyak 6.500 pria harus menjalani amputasi penis sebagai tindakan pengobatan akibat kanker penis dalam sepuluh tahun terakhir. Data dari Kementerian Kesehatan Brasil mencatat bahwa selama periode 2012-2022, negara itu mencatat 21 ribu kasus kanker penis dengan angka kematian mencapai empat ribu.
Studi yang diterbitkan oleh JMIR Public Health and Surveillance pada 2022 menunjukkan bahwa Uganda memiliki tingkat kasus kanker penis tertinggi di dunia, diikuti oleh Brasil. Indonesia, Thailand, dan India juga termasuk dalam daftar negara dengan tingkat kasus tertinggi per 100 ribu penduduk laki-laki.
Penanganan kanker penis biasanya melibatkan pengangkatan jaringan kanker melalui prosedur bedah mikro atau laser, kadang-kadang dikombinasikan dengan kemoterapi atau radioterapi. Namun, beberapa kasus bisa sangat sulit diobati sehingga mengancam untuk memerlukan amputasi penis.
Ahli kesehatan global menekankan pentingnya edukasi publik tentang gejala dan faktor risiko kanker penis, serta peran vaksinasi HPV dalam pencegahan infeksi yang bisa menjadi pemicu penyakit ini. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi angka kasus kanker penis yang terus meningkat di berbagai belahan dunia. (AB001)