Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Didukung Masuknya Dana Asing dan Optimisme Ekonomi



AmbonBisnis.com Jakarta, 24 September 2024 - Nilai tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah masuknya aliran dana asing ke pasar keuangan domestik serta optimisme terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,16% pada posisi Rp15.170 per dolar AS, berbanding terbalik dengan penutupan kemarin yang melemah 0,33%.

Indeks dolar AS (DXY) tercatat naik tipis 0,07% pada pukul 08:55 WIB, berada di angka 100,92, sedikit lebih tinggi dari posisi hari sebelumnya di 100,85.

Penguatan rupiah ini terutama dipicu oleh derasnya dana asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia selama pekan lalu. Ini menjadi sinyal positif di penghujung masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan menjelang pelantikan pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober mendatang. Masuknya dana asing diharapkan semakin memperkuat rupiah, sehingga mengurangi beban pemerintahan baru dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa investor asing tercatat melakukan beli neto sebesar Rp25,6 triliun pada transaksi 17-19 September 2024. Dana tersebut terdiri dari pembelian di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp19,76 triliun, pasar saham sebesar Rp4,19 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp1,66 triliun. Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2024, investor asing telah mencatatkan beli neto sebesar Rp51,85 triliun di pasar saham, Rp21,39 triliun di pasar SBN, dan Rp186,85 triliun di SRBI.

Optimisme pertumbuhan ekonomi juga datang dari Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 akan mencapai 5,06%. "Kami memperkirakan untuk kuartal III masih akan relatif stabil di atas 5%. Estimasi di BKF (Badan Kebijakan Fiskal) mencapai 5,06%," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN, Senin (23/9/2024).

Menurutnya, capaian ini menjadi indikator yang baik di tengah tantangan global yang terus berubah. Tren suku bunga global yang mulai menurun, termasuk penurunan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis points bulan ini, menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Sri Mulyani juga mencatat penurunan volatilitas di pasar keuangan global sebagai sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. (AB001)

Baca artikel menarik lainnya dari AMBONBISNIS.COM di GOOGLE NEWS dan WA Channel