Tupperware Brands Resmi Ajukan Kebangkrutan di AS



AmbonBisnis.com - Tupperware Brands, perusahaan legendaris yang terkenal dengan penjualan wadah plastiknya, secara resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan di pengadilan Delaware, Amerika Serikat. Pengajuan ini dilakukan pada Selasa malam waktu setempat, setelah perusahaan mengalami kesulitan finansial yang semakin memburuk akibat penurunan permintaan dan strategi penjualan yang gagal.

Selama beberapa tahun terakhir, Tupperware telah berjuang untuk mempertahankan bisnisnya di tengah perubahan perilaku konsumen. Perusahaan yang dulu dikenal melalui model penjualan langsung kepada konsumen, termasuk melalui "Pesta Tupperware", kini menghadapi tantangan besar. Pendekatan tradisional ini gagal bersaing dengan pola konsumsi modern, meskipun Tupperware telah mencoba beralih ke penjualan di toko ritel dan platform daring.

Kondisi keuangan Tupperware semakin memburuk dengan utang mencapai US$812 juta (sekitar Rp16,4 triliun). Para pemberi pinjaman bahkan berusaha menyita aset perusahaan, termasuk kekayaan intelektual seperti mereknya, sehingga mendorong Tupperware untuk mencari perlindungan kebangkrutan.

Selain masalah utang, perusahaan juga tertekan oleh lonjakan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku pascapandemi, terutama plastik resin. Meski demikian, Tupperware berencana melanjutkan operasi dan mencari investor baru dalam waktu 30 hari ke depan untuk menyelamatkan bisnis mereka.

James Gellert, ketua eksekutif firma analisis keuangan RapidRatings, mengatakan bahwa Tupperware menghadapi tantangan berat dengan penjualan yang terus menurun, margin keuntungan yang menipis, serta leverage keuangan yang terlalu tinggi. Dengan aset sekitar US$500 juta hingga US$1 miliar dan kewajiban hingga US$10 miliar, masa depan Tupperware kini sangat bergantung pada keberhasilan restrukturisasi.

Di Amerika Serikat, Tupperware pernah mencapai puncak popularitas pada tahun 1950-an, ketika wadah plastik ini dijual oleh wanita-wanita pascaperang yang mencari kemandirian ekonomi dan pemberdayaan. Namun, kini kejayaan tersebut seolah tinggal kenangan di tengah tantangan besar yang dihadapi perusahaan ini. (AB001)

Baca artikel menarik lainnya dari AMBONBISNIS.COM di GOOGLE NEWS dan WA Channel